breaking

&Sabu

&Sabu

&Networks

&Networks

&Criminality

&Criminality

✦ ✦ Unlabelled ✦ Nigerian Syndicates

Share This

Tangkap Hidup Atau Mati !

Dec 12, 2006 at 08:45 AM
Jakarta (SIB)

Tangkap hidup atau mati. Instruksi ini dikeluarkan Badan Narkotika Nasional (BNN) kepada jajarannya di seluruh Indonesia untuk menemukan enam pengedar heroin kelas kakap yang tergabung dalam sindikat mafia Nigeria. Jaringan kawanan mafia ini melibatkan tujuh negara dan sekali transaksi, mereka mengeruk keuntungan Rp 10 milyar hingga Rp 20 milyar.

‘Perang’ serupa juga digelar Polda Metro Jaya dengan mengerahkan anggotanya agar menangkap hidup atau mati lima bandar kelas kakap yang terlibat jaringan peredaran shabu-shabu dan ekstasi. Mereka adalah dua WN Indonesia, WN Nigeria, Kenya, dan China. Kelimanya masuk dalam daftar pencarian orang (DPO), setelah petugas mendapat pengakuan dari beberapa kaki tangan mereka yang lebih dulu ditangkap.

Kepala Pelaksana Operasi BNN, Kombes Pol Drs Siswandi mengatakan, enam anggota mafia pengedar heroin kelas kakap yang diburu itu sudah lama malang melintang ‘menguasai’ perdagangan narkoba di Indonesia. “Jika mereka tidak secepatnya ditangkap, makin banyak generasi muda menjadi korban budak narkoba. Kami tidak tinggal diam. Kekuatan BNN sudah dikerahkan, kata Siswandi, Sabtu siang.

BNN Pusat tidak hanya mengerahkan anggota BNP (Badan Narkotika Provinsi), dan BNK (Badan Narkotika Kabupaten/Kota), tapi juga meminta partisipasi masyarakat agar memberi informasi tentang keberadaan enam bandar kakap tersebut. “Jika masyarakat tahu dimana mereka berada, silakan datang ke Posko Operasi BNN di Jalan MT Haryono, Jakarta Timur atau menghubungi nomor telepon 021-8016078. Pemberi informasi kami lindungi”, tegas Siswandi.

Enam anggota sindikat pengedar heroin kelas kakap yang kini masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) Mabes Polri dan Interpol berbagai negara itu adalah Michael 35, Jhon 40, Babo 40, Ossu 39, Belena 41 dan Hendrik 42. Disinyalir, kawanan ini masih berkeliaran di Jakarta dan terus mengendalikan bisnis haramnya dari tempat persembunyian. Enam bandar ini punya jaringan dengan Ben Hitam, pria teman dekat Sri Lestari “Putri Solo” ini ditangkap di Bandara Rio De Janeiro, Brasil, karena berusaha menyelundupkan 10 kilo kokain senilai Rp 30 milyar ke Jakarta.

Dari hasil pelacakan petugas diketahui, sepak terjang kawanan pengedar ini masih terus berlangsung. Mereka selalu berpindah-pindah tempat tinggal, sehingga menyulitkan petugas untuk melacak. Bahkan beberapa rekan mereka yang meringkuk di dalam penjara, masih bisa ikut andil dalam bisnis ini. Melalui HP, rekan di penjara menghubungkan dengan pembeli dan mendapat komisi dari hasil penjualan narkoba. Selanjutnya transaksi dilakukan melalui transfer rekening bank. Nilai transaksi mencapai milyaran rupiah.

“Jika mereka ditangkap, peredaran narkoba di Jakarta dan beberapa kota besar di Indonesia akan berkurang. Untuk itulah kami ajak masyarakat mencari mereka”, tambah Siswandi.

ANGGOTA SINDIKAT DICIDUK

Sebelum BNN mengeluarkan perintah tangkap hidup atau mati terhadap enam anggota mafia Nigeria itu, petugas lebih dulu menciduk kaki tangan bandar tersebut. Mereka adalah tersangka Oliver Ossuadi 40, yang kedapatan membawa 28 gram heroin di daerah Kelapa Gading, Jakarta Utara, Pogi, 41, ditangkap di Kemayoran, Jakarta Pusat, karena membawa empat kilo shabu-shabu, dan tersangka Erick 43, ditangkap di daerah Menteng, Jakarta Pusat, dengan barang bukti 47 gram heroin.

Kemudian, tersangka Christian,40 ditangkap di Cempaka Putih, karena membawa empat paket ganja, tersangka Joel Igwa, 40 ditembak mati di Jakarta Pusat, pada 30 Oktober, dan tersangka Suyuti, 48, bawa 50 gram heroin. Pria WN Afrika Selatan ini ditangkap di Kemayoran, Jakarta Pusat.

Dari hasil pemeriksaan terhadap para tersangka mengarah kepada enam mafia yang diburu BNN. Jaringan sindikat mereka memiliki kaki tangan di negara-negara seperti Nigeria, China, Thailand, India, Singapura, Kamboja, dan Malaysia. Sedangkan Indonesia menjadi tempat tujuan akhir. Barang haram itu disebar ke kaki tangan mereka yang bertebaran di Jakarta dan kota besar lainnya.

Data yang ada di BNN, jumlah pecandu narkoba di seluruh Indonesia mencapai 4 juta orang, sebagian besar berada di Jakarta. Sehari, uang yang dikeluarkan untuk belanja barang laksanat ini mencapai Rp 20 milyar. “Di Jakarta, transaksi narkoba sehari mencapai Rp 7 milyar. Sebagian besar dilakukan di tempat hiburan malam”, kata seorang petugas, sambil menyebutkan beberapa nama bandar yang berkeliaran di diskotek.

“Cewek yang tidak punya pekerjaan mereka jadikan pacar, kemudian dibina untuk jadi pengedar. Bahkan masyarakat yang tinggal di perkampungan kumuh juga dibina menjadi kaki tangan, tutur Siswandi tentang cara rekrutmen kaki tangan sindikat.

Hasil dari pengembangan kasus ini, polisi Kamboja bekerja sama dengan Mabes Polri berhasil menangkap warga Indonesia bernama Budiman, 35, di Bandara Internasional Phnom Phen, Selasa (5/12) siang. Tersangka kedapatan membawa 2,5 kilo kokain yang hendak diselundupkan ke Jakarta. Barang haram itu ditemukan dalam koper yang disatukan dengan pakaiannya.

Kepada polisi Kamboja, Budiman mengaku bahwa kokain yang dibawanya itu titipan temannya yang tinggal di Jakarta, salah satu anggota jaringan mafia Nigeria yang diburu BNN.

Sementara itu, Kasatgas Represi BNN, Brigjen Pol Drs Indradi Thanos mengatakan, untuk memburu jaringan pengedar narkoba yang melibatkan WN Nigeria, beberapa anggota BNN bekerja sama dengan petugas Imigrasi, melakukan operasi khusus di beberapa wilayah Jakarta yang disinyalir jadi tempat persembunyian mereka.

Tempat persembunyian jaringan pengedar yang diobok-obok petugas, antara lain apartemen di Kelapa Gading, Kemayoran, Cempaka Putih, dan beberapa hotel. “Sudah ada beberapa orang yang berhasil kami amankan. Selain tidak mempunyai dokumen resmi, mereka juga dicurigai terlibat perdagangan narkoba”, kata Indradi yang banyak mengungkap berbagai kasus kejahatan narkoba di Indonesia.

POLDA BURU 5 BANDAR

Lima bandar narkoba kelas kakap yang mempunyai banyak kaki tangan pengedar di tempat hiburan malam di Jakarta, diburu petugas Polda Metro Jaya. Mereka, Miring Bernard, Herry Tjong, Ahok, Tina, Merry. Kelima bandar kakap ini masih berkeliaran di Jakarta dan terus mengendalikan bisnis haram mereka.

Menurut Direktur Narkoba Polda Metro Jaya, Kombes Pol Drs Arman Depari, kelima bandar ini diburu karena dalam dua tahun terakhir ini terlibat dalam transaksi narkoba dalam jumlah besar. “Mereka masuk dalam jaringan sindikat internasional. Masyarakat yang mengetahui keberadaan mereka, silahkan hubungi Polda Metro Jaya”, kata Arman.

About media

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

No comments: