breaking

&Sabu

&Sabu

&Networks

&Networks

&Criminality

&Criminality

✦ ✦ Unlabelled ✦ The Media Mafia

Share This

Layaknya sebuah perusahaan, SCTV mengadakan RUPS setiap tahun. Tapi
tahun ini lebih istimewa, RUPS stasiun teve telenovela itu
diselenggarakan dua kali, dan jarak antara keduanya cuma dua bulan
(Februari-Maret). Seperti perusahan lain juga, bila pemegang saham rapat
sampai dua kali setahun tentu ada hal istimewa yang harus diputuskan.
Hasil rapat yang diumumkan bagian Humas SCTV ternyata memang penting.
Yaitu tentang perubahan jajaran komisaris dan direksi SCTV. Dirut
sekarang dipegang Agus Mulyanto yang sekaligus memimpin divisi teknik
dan produksi. Wakilnya Henry Pribadi (pemilik Grup Napan) dan Peter F.
Gontha (salah seorang pengelola RCTI).

Konon, susunan direksi dan komisaris ini adalah hasil pertarungan hebat
antara kubu Henry dan Gontha. Pasalnya, beberapa nama yang masuk direksi
di jajaran dikenal sebagai orang dekat Henry Pribadi. Dan Henry sendiri
pernah menduduki bangku wakil dirut sebelum T. Syaiful Anwar ditempatkan
Gontha di sini.

Sebaliknya, beberapa nama lain yang dekat dengan Gontha menghilang dari
jajaran direksi. Misalnya, Slamet Supoyo, dirut yang lama, pindah jadi
anggota komisaris; dan T. Syaiful Azwar (wakil dirut) kini menyibukkan
diri di empat stasiun radio dan Jamz. Berhentinya saya dari vice
president ini kan menyelamatkan banyak pihak, kata Syaiful Azwar kepada
Budi Arie Setiadi dari KONTAN.

Keputusan lain dari RUPS itu adalah menetapkan Hoessein Soeryopranoto
sebagai komisaris utama, wakil komisaris utama Sudwikatmono. Anggota
komisaris adalah: Aziz Mochdar, Yolla Zuraida Hasan, dan Doopy Irwan.
Alasan resmi SCTV merombak manajemen, seperti diungkapkan Agus Mulyanto,
adalah untuk konsolidasi menjelang era globalisasi.

Tampilnya Henry dan kawan-kawannya mengelola SCTV karena mendapat
dukungan dari sebagian besar pemegang saham, terutama Sudwikatmono.
Disebut-sebut, dalam RUPS 15 Maret itu, para pemegang saham menyetujui
Henry menyetor dana segar Rp 150 miliar untuk mengembangkan SCTV. Henry
cinta banget pada SCTV, kata kalangan manajer di SCTV.

Bersaing bisnis media di luar SCTV

Tampilnya duet Henry dan Gontha di manajemen adalah hal yang baru dan
menarik. Sebab keduanya, di luar SCTV, mempunyai bisnis media siaran
sendiri-sendiri. Kebetulan keduanya berkecimpung dalam televisi
berlangganan yang mulai muncul di Indonesia.

Peter Gontha Ð yang kini juga sebagai anggota komisaris RCTI -- telah
banyak dikenal sebagai pengelola PT Media Citra Indostar, penyelenggara
televisi berlangganan Indovision yang merupakan kongsinya dengan
Bimantara dan RCTI. Saat ini Indovision dilanggani oleh 20.000 sampai
30.000 orang, seperti diutarakan Benny Junito, pemasar Indovison. Tahun
ini Indovision merencanaan meluncurkan satelit Indostar dan mengubah
teknologi tayangannya menjadi digital. Di samping tayangan asing,
Indovision juga mengandalkan produksi lokal melalui Citra TV, hasil
kerja samanya dengan RCTI.

Sedangkan Henry Pribadi Ð bersama Sudwikatmono dan Prayogo Pangestu --
masih dalam persiapan membangun televisi berlangganan di bawah bendera
PT Indocitra Grahabawana. Televisi ini telah disiapkan sejak tahun 1995
dan telah mengajukan izin ke Departemen Penerangan, tapi belum
beroperasi karena menunggu pemerintah menerbitkan UU Penyiaran.
Selain televisi berlangganan, PT Indocitra juga memiliki sebagian saham
PT Menara Jakarta, bersama PT Telkom, PT Indosat, dan Yayasan TVRI.
Bangunan setinggi 558 meter (tertinggi di Indonesia) akan menjadi pusat
telekomunikasi, penyiaran dan multimedia di Indonesia. Menara yang
terletak di Kemayoran, Jakarta pusat, ini dibangun dengan biaya US$ 560
juta.

Bila semua proyek ini berjalan, dipastikan televisi berlangganan milik
Gontha dan milik Henry akan bersaing ketat mencari pelanggan. Jadi,
memang agak janggal jika mereka di SCTV bahu-membahu di kursi wakil
direktur utama.

Siapa pun yang mengelola SCTV, stasiun ini butuh suntikan baru untuk
menghadapi persaingan. Para pesaing, seperti Indosiar, pertumbuhan
pendapatan iklannya tergolong tinggi. Begitu juga AN-teve, melejit
setelah mendapat dua kali suntikan dana (Rp 60 miliar dan US$ 70 juta).
Stasiun TPI juga tengah berbenah dengan memasukkan mantan Direktur TVRI
Ishadi Sk dan Tito Sulistio.

Jadi suntikan dana Rp 150 miliar ke tubuh SCTV itu sesuatu yang masuk
akal. Apalagi kondisi program SCTV boleh dibilang kurang menggembirakan.
Dibandingkan dengan stasiun lain, program SCTV cuma sedikit yang jadi
unggulan secara nasional. Menurut data SRI (Survey Research Indonesia)
dalam dua pekan ini cuma Spontan yang digemari secara merata di beberapa
kota. Tapi kami memiliki beberapa paket yang segmented, kata Budi
Darmawan, Manajer Humas SCTV. Budi mencontohkan serial Melrose Place,
yang bercerita tentang eksekutif muda dan perselingkuhan.

Jadi? Inikah langkah Henry untuk untuk menyelamatkan SCTV.

About media

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

No comments: