breaking

&Sabu

&Sabu

&Networks

&Networks

&Criminality

&Criminality

✦ ✦ Unlabelled ✦ Hoakiau Gangster

Share This

Sangat IRONIS sekali dalam keadaan situasi sosial dan ekonomoi Indonesia yang sedang CARUT MARUT seorang yang menamakan dirinya sebuah PRESIDEN tidaklah pantas melakukan perjalanan keluar negeri apalagi untuk urusan pribadi untuk urusan berobat, cek up dan istilah lainnya.

Pada tahun 1999 an sewaktu Megawati masih menjadi Wakil Presiden, beliau terjepret oleh wartawan sedang belanja di salah satu toko perhiasan di Singapore (foto inzet).

Kita sangat mengerti bahwa kegiatan tersebut adalah kegiatan pribadi yang tidak boleh dicampuri, namun jangan lupa, gelar Wapres, Presiden, Menteri, dll adalah milik yang SAH bangsa Indonesia, sehingga wajib kita lindungi KEHORMATAN nya, walaupun pada kenyataannya mereka mereka yang menyandang gelar tersebut kadang melupakannya sebagaimana halnya yang dilakukan oleh ibu Megawati, karena bagaimana mungkin seorang Wapres jalan jalan ketoko perhiasan dinegara Singapore?

Sepulang lawatan dari Thailand, rencananya lagi lagi Megawati akan mampir ke Singapore dengan alasan yang sama yakni CHECK UP padahal di Indonesia banyak Rumah Sakit modern yang bisa menanganinya. Atau ada modus lainnya yang tidak POLULER kita ketahui?

Mengingat banyaknya para PELARIAN koruptor dan konglomerat hitam ke Singapore seperti Prayogo, Sjalmsul dll. Bisakah modus ini masuk kedalam Theori Konspirasi bahwa Singapore adalah ibukota RI?


Presiden Megawati Check Up Kesehatan di Singapura

Presiden Megawati Soekarnoputri akan melakukan pemeriksaan kesehatan rutin atau general check-up di rumah sakit Singapura, dan bermalam di negara tersebut dalam kepulangannya dari lawatan ke Chiang May, Thailand, Minggu (31/8).

Menteri Kelautan dan Perikanan Rokhmin Dahuri seusai mengikuti jumpa pers Presiden Megawati di Chiang May, Sabtu malam, memberitahukan, Presiden Megawati akan meninggalkan Chiang May pada Minggu (31/8) pada pukul 09:30 waktu setempat (sama dengan WIB). Tetapi tidak langsung ke Tanah Air sebagaimana dijadwalkan semula.

"Presiden akan general check-up dan bertemu dengan Lee Kuan Yeuw, menteri Senior Singapura, dan akan menginap semalam di negara itu, dan baru pada Senin (1/9) tiba di Tanah Air," katanya.

Sementara Rokhmin sendiri akan langsung pulang ke Indonesia pada Minggu (31/8), setelah singgah di Singapura.

Dalam jadwal lawatan Presiden Megawati ke Malaysia dan Thailand pada 28-31 Agustus 2003, Presiden tiba di Lanud Halim PK pada Minggu sore.

Sementara itu, suami Mega, Taufik Kiemas, telah kembali ke Tanah Air, pada Sabtu pagi, karena gangguan kesehatan. (ant)

Singapore Ibukota Republik Indonesia

Secara defacto Singapore memang merupakan Ibukota negara Republik Indonesia. Buktinya, hampir semua barang yang masuk dan keluar dari Indonesia harus melalui Singapore. Jika anda mencoba pesan langsung dari Eropa atau Jepang, maka barang impor anda itu akan membutuhkan waktu yang lama, dan biaya yang lebih mahal. Akan lebih cepat dan murah jika melalui Singapore, demikian juga dengan export anda.

Sebagai negara yang paling banyak pulaunya seharusnya kapal Indonesia-lah yang merajai lautnya sendiri. Kenyataannya, yang menguasai perairan Indonesia adalah kapal berbendera asing, 70 % diantaranya milik Singapore, suatu negara yang sebenarnya tidak butuh kapal! Beberapa kapal diantaranya bertugas membawa batu-bara dari Kalimantan ke Jawa untuk pembangkit listrik Paiton dan Suralaya . Pantas saja harga listrik kita mahal.

Untuk meresepkan obat kepada pasiennya, seorang dokter melihat pada buku daftar obat yang beredar di Indonesia yang dikeluarkan oleh perusahaan Singapore (MIMS) demikian juga bagi rumah-sakit yang ingin membeli alat medis melihat pada buku MEDEX yang dikeluarkan perusahaan yang sama. Jadi jika anda memproduksi obat, anda harus daftar dan bayar ke Singapore.

Untuk melancarkan bisnisnya di Asia, pabrik-pabrik komponen elektronika dan industri membuka agennya di Hongkong, Bangkok, Malaysia, dan Philipina. Sedangkan untuk Indonesia agennya ada di Singapore. Dengan mengatur arus Barang, modal dan jasa, Singapore bisa menentukan harga jual dan harga beli (seperti yang dilakukan Belanda dulu), bahkan nilai Rupiah kita!

Singapore telah menguasai pula sarana komunikasi dan Informasi di Indonesia melalui pembelian telekom dan Indosat, artinya semua sarana Informasi; seperti telepon, fax, internet dikuasai dan bisa disadap oleh Singapore.

Singapore juga membuat pelatihan militer bagi pemuda Indonesia yang direkrut untuk nantinya
menjadi tentara mereka dalam rangka menguasai Indonesia dan melindungi orang cina yang ada di Indonesia (lihat Harian BERITA BUANA edisi Jum'at, 13 Juni 2003).

Setelah berhasil menggusur orang melayu dari negara pulau itu, kini Singapore ingin menguasai perdagangan di Indonesia melalui tangan hoakiau yang berwarganegara Indonesia. Para hoakiau warga negara Indonesia ini, pada umumnya memiliki dua nama: kalau berurusan dengan pemerintah Indonesia atau masyarakat luas, dia gunakan nama lokal seperti Salim atau Wijaya. Tetapi, dalam menghadapi sesama hoakiau, mereka gunakan nama asli (nama Cina).

Dengan dua nama tadi, maka upaya menguasai perekonomian pribumi menjadi mulus. Sekarang saja, para hoakiau itu sudah menguasai semua industri dasar seperti terigu (dan turunannya seperti mie, roti, biskuit dan lain-lain), menguasai industri dan distribusi minyak goreng (dan turunannya seperti mentega, sabun, shampoo dan sebagainya), menguasai industri kertas dari A sampai Z, menguasai industri plastik, otomotif dan sebagainya. Dengan memantau arus barang dari dan ke Indonesia, maka Singapore bisa menekan exportir dan importir kita yang bernama Joko agar menjadi Liem.

Jika toko anda berhasil menjual banyak cat, lalu anda mengajukan diri menjadi agen, maka toko anda akan segera bangkrut, karena akan berdiri agen cat milik cina di dekat toko anda!

Dahulu, di Singapore juga diterapkan policy yang menekankan bahwa anak ketiga bukanlah anak negara. Anak ketiga ini nantinya sulit mendapat kesempatan bersekolah di sekolah negeri (sekolah milik pemerintah) yang relatif murah dan bermutu. Sementara itu, orang melayu di sana relatif lebih sulit mencari pekerjaan. Kalaupun ia seorang Insinyur, ia harus bekerja di Perusahaan/pabrik milik Cina, dengan gaji separoh dari orang Cina. Akibatnya yang berpeluang punya anak banyak dan menyekolahkan anaknya ke sekolah terbaik (dengan biaya mahal) adalah komunitas Cina.

Policy serupa itu, bahwa anak ketiga tidak ditanggung pemerintah, juga diterapkan di Indonesia, setidaknya sepanjang Orde Baru. Policy itu terutama berlaku di lingkungan pegawai negeri, yang penghasilannya rendah. Dalam hal ini nampaknya Indonesia memang berkiblat kepada Singapore. Pegawai negeri yang berpenghasilan rendah, dan harus punya anak sedikit (dua), dengan alasan menekan laju pertambahan penduduk, sementara itu komunitas Cina yang kebanyakan pedagang atau pegawai swasta, bebas mempunyai anak banyak, dan penghasilannya jauh lebih baik dari pegawai negeri.

Boleh jadi memang demikianlah adanya, bahwa Singapore adalah Ibukota RI, mengingat beberapa kebijakan yang merugikan kaum melayu (pribumi) juga diterapkan di Indonesia . Termasuk, kebijakan menghancurkan perekonomian kaum pribumi. Dengan kepandaian me-lobby pejabat pemerintahan, keluarlah pinjaman yang dinikmati oleh pengusaha Cina, yang lebih parah lagi, dengan dana murah tersebut mereka membangun pabrik-pabrik yang nantinya menghancurkan pabrik sejenis milik pribumi yang sudah ada.

Para pedagang dari Singapore bebas bolak balik Singapore-Jakarta sementara warga negara Indonesia tiap ke Singapore harus membayar satu juta rupiah karena peraturan fiskal RI, maka
matilah pedagang pribumi!

Singapore menempatkan industri low-end-nya di Batam (sarana dan prasarananya dibiayai oleh RI) dan membuang sampah-nya ke Riau, Singapura juga memanfaatkan pulau Tanjung-Balai-Karimun sebagai tempat hiburan sex mereka. Jika anda bertemu orang pribumi di Karimun ini, kemungkinan besar mereka adalah pelacur (wanita) atau kuli/sopir (pria).

Kepada kalangan pribumi saya mengimbau agar mempunyai kesadaran sendiri, jangan terlalu menaruh harapan kepada para pejabat, karena pada umumnya mereka itu bisa dibeli. Kita juga sudah seharusnya mendesak pemerintah agar setiap WNI (pri dan nonpri) dilarang mempunyai/menggunakan dua nama. Bagi keturunan Cina, mereka boleh memilih hanya satu nama saja, nama Cina saja atau nama lain yang bukan Cina, jangan dua-duanya.

Jika pribumi yang menuntut keadilan dikatakan rasialis, maka seluruh pahlawan kita juga rasialis karena mengusir penjajah Belanda, padahal Belanda sempat membangun jalan raya,
pelabuhan, rel kereta sepanjang pulau Jawa, bendungan dan lain-lain

Selain itu, kita juga sudah saatnya menyadarkan dan bahkan menekan pemerintah, agar produksi bahan dasar yang saat ini hampir seluruhnya dikuasi pengusaha (konglomerat) Cina (berkat policy rezim Orde Baru yang diskriminatif), harus mengalami deregulasi sehingga minimal separuhnya bisa dikuasai oleh kalangan pribumi.

Sejalan dengan itu, agar bisnis dan perekonomian kita tidak terlalu banyak dicampuri Singapore, maka sudah saatnya kita mendesak pemerintah, untuk membuat peraturan yang memungkinkan import langsung ke Indonesia bisa lebih murah ketimbang lewat Singapore.

About media

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

No comments: