breaking

&Sabu

&Sabu

&Networks

&Networks

&Criminality

&Criminality

✦ ✦ Unlabelled ✦ Tak Tersentuh

Share This

MENGAPA pengusaha seperti Tommy Winata begitu penting ditulis majalah ini? Harus diakui, walaupun selama ini anak Pontianak 41 tahun itu lebih gemar bermain di belakang layar, ketokohannya di kalangan bisnis tidak diragukan, lebih-lebih di kalangan bisnis yang bertalian dengan militer, khususnya Angkatan Darat. Tommy?nama panggilan yang suka dipakainya, konon supaya ada yang mengira Tommy Soeharto?boleh dibilang tokoh sentral di bisnis tersebut. Tapi bukan cuma itu alasan majalah ini menulis sosok yang sering diberi gelar "Orang Tak Tersentuh" itu.

Tommy adalah sebuah potret yang mewakili kebiasaan bisnis dari sebuah orde yang hampir berlalu, orde kekuasaan Soeharto. Bos Grup Artha Graha ini dengan cerdiknya meracik tiga kunci sukses: uang, kekuasaan, dan militer. Perpaduan yang menghasilkan power luar biasa untuk melabrak siapa saja, dan bisa dipakai untuk apa saja.

Dengan kekuatan itu, dari kantornya yang megah di sentral kawasan bisnis Sudirman, Jakarta?salah satu kantor dari banyak kantornya?Tommy dengan mudahnya menghubungi semua pejabat penting. Ia punya akses untuk masuk ke Keluarga Cendana. Ia dekat dengan bekas menteri seperti Edi Sudrajat, T.B. Silalahi, Hayono Isman, bekas KSAD Hartono, sampai Rudini. Di Bank Indonesia, bekas pejabat seperti Hendrobudianto juga dikenalnya dengan baik, begitu juga pejabat Bank Indonesia yang lain. Bahkan Tommy punya jalur bagus dengan hampir semua panglima kodam di seluruh Indonesia?antara lain karena aktivitasnya di Yayasan Kartika Eka Paksi milik Angkatan Darat.

Boleh dikata, dengan semua jajaran militer penting negeri ini, Tommy punya hotline, tinggal angkat telepon. Dan "kebaikan hati" Tommy tak cuma menyangkut urusan organisasi tentara. Di kantornya kerap terlihat perwira militer yang tengah minta bantuan untuk banyak urusan?biaya anak sakit, biaya perjalanan pribadi, biaya "naik pangkat", atau biaya "tak terduga" yang lain. Bagi Tommy, itu seperti "biaya investasi", yang tentu akan "berbuah" ketika si perwira memegang posisi kunci, kelak.

Pertalian Tommy dengan militer sudah terjadi sejak 1972, sewaktu usianya masih 15 tahun. Tak bisa ia bantah bahwa ia besar karena proyek-proyek tentara. Mulanya ia diperkenalkan oleh seorang "seniornya" kepada sebuah instansi militer di Singkawang, Kalimantan Barat. Di sana Tommy membangun sebuah mes tentara dengan biaya Rp 60 juta. Hubungan itu kemudian dibina. Ia kemudian membangun barak, sekolah tentara, menyalurkan barang-barang ke markas tentara di Irianjaya. Tahun 1970-an ia sudah menjadi seorang kontraktor andal dan membangun banyak proyek militer di Irianjaya, Ujungpandang, sampai Ambon.
Sejak mengenal Yayasan Kartika Eka Paksi, lewat PT Danayasa Arthatama yang didirikannya pada 1989, masa keemasan Tommy Winata boleh dikata telah tiba. "Simbiosa mutualisma" antara Tommy dan Kartika Eka Paksi melahirkan proyek raksasa Kawasan Bisnis Sudirman yang memakan investasi US$ 3,25 miliar. Kawasan yang ditargetkan selesai dibangun tahun 2007 itu menjadi kawasan bisnis paling canggih dan lengkap di jantung Kota Jakarta. Sekarang ini, dengan sekitar 30 perusahaan, Tommy sudah merambah ke bisnis perdagangan, konstruksi, properti, perhotelan, perbankan, transportasi, telekomunikasi, sampai realestat.
Sekitar 30 tahun di bawah "asuhan Orde Baru", Tommy Winata benar-benar melambung menjadi seorang bos konglomerat yang disegani lawan dan kawan. Namanya adalah jaminan bisnis paling ampuh. Ia juga tinggal angkat telepon ke Taiwan, Hong Kong, atau Singapura, untuk meminjam dana dari sederet pengusaha Cina perantauan yang sangat mengenalnya. Dari sisi lain, Tommy juga makin menjadi andalan militer dalam hal pencarian dana. Bisnis Kartika Eka Paksi yang bertalian dengan Artha Graha menghasilkan keuntungan tak sedikit, yang antara lain dipakai menghidupi barak-barak tentara di seluruh negeri, dan barangkali juga kegiatan operasi militer. Dalam konteks pemilu kali ini, banyak yang menduga Tommy juga mengucurkan dana untuk partai politik seperti PKP yang dipimpin Edi Sudrajat?walau hal ini dibantah oleh PKP.

Sayangnya, di tengah persaingan dagang, Tommy kerap diberitakan menggunakan kekuatan mitra tentaranya untuk memuluskan langkah. Cerita-cerita Effendi Ongko dari Bank Umum Majapahit Jaya atau kisah Hartono, muncikari kelas nasional yang punya proyek Planet Bali, adalah cerita bagaimana aparat hukum dan aparat keamanan, yang seharusnya menjadi "wasit", akhirnya ikut-ikutan menjadi pemain?dan berpihak kepada Tommy. Mereka dengan mudah "diorder" Tommy untuk mematahkan langkah bisnis lawannya. Dalam kasus Bank Artha Prima, bahkan Bank Indonesia terkesan begitu gampangnya disetir oleh Tommy. Sebuah hubungan bisnis yang sangat tidak transparan, kusut, kolusif, jelas tercium dalam banyak kasus tadi.

Belakangan terdengar kabar, bisnis remang-remang pun mulai dikaitkan dengan nama Tommy Winata?sebutlah perjudian di berbagai sudut Jakarta. Adalah kongsi bisnis Tommy yang disebut sebagai Gang of Nine yang dianggap banyak kalangan menjalankan bisnis terlarang ini?walau lagi-lagi Tommy membantahnya. Tommy menolak dengan tegas disebut mafia, ketika sebutan itu disodorkan majalah ini dalam sebuah wawancara.

Kini, ketika orde akan berganti, kekuasaan sedang tidak berpihak kepada Tommy Winata. Buktinya, Tommy hari ini berada dalam status cekal, dan satu kasusnya tengah disidangkan di pengadilan negeri?tanpa ada perintah untuk membekukan kasus ini dari petinggi militer mana pun, termasuk Panglima ABRI, seperti dulu-dulu. Siapa tahu, Tommy kali ini kurang cermat membaca arah angin. Atau, boleh jadi, para pejabat?sipil maupun militer?sudah pasang jarak karena pergantian orde tadi. Kini, saat reformasi bergulir, lawan-lawan dagang Tommy yang pada masa Orde Baru menerima banyak perlakuan tak pantas?seperti disetrum?bangkit menuntut keadilan.

Kisah Tommy Winata seharusnya membuka semua mata: penumpukan uang, kekuasaan, dan ancaman bedil militer sudah waktunya dijadikan warisan masa lampau?dan dikubur dalam-dalam.

About media

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

No comments: