breaking

&Sabu

&Sabu

&Networks

&Networks

&Criminality

&Criminality

✦ ✦ Unlabelled ✦ Triad di Indonesia

Share This

Meskipun tulisan di bawah ini dimaksudkan untuk mendiskreditkan ABRI atau TNI, namun jelas Triad di Indonesia sudah berakar bahkan sampai ke pelosok seperti gambaran tulisan di bawah ini.

http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/1998/04/17/0064.html

Triad Cina, yang disebut-sebut sebagai organisasi kriminal paling agresif didunia pada saat ini, telah gagal berulang kali untuk membuka cabang operasinya di Indonesia. Padahal hampir semua tempat - tempat penting di dunia telah dirambahya, mulai dari Cape Town di Afrika, Jedah di Saudi Arabia hingga negara - negara Latin Amerika. Sementara bisnis di daerah basis operasinya di Amerika dan Eropa, dan terutama Asia,semakin berkembang, Triad Cina hanya bisa gigit jari melihat Indonesia. Ny. Jd. Kue Ta lam (bukan nama sebenarnya) yang kabur dari Indonesia pada bulan Desember lalu menyusul terjadinya "krismon" menuturkan pada saya kenapa Triad China gagal di Indonesia. Rupanya ada faktor "ABRI" di belakang kegagalan tersebut. Berikut ini kisah nyata yang dituturkan pekan lalu oleh Ny. Janda Kue Ta Lam dari Perth, Australia, yang kini sedang merintis bisnis esek - esek (maáf, baca: prostitusi) di negeri kangguru tersebut setelah bisnis prostitusinya di Mangga besar gulung tikar berhubung krismon. ABRI, ORGANISASI KRIMINAL PALING DITAKUTI DI DUNIA Ketika Triad China mulai melirik Indonesia dipertengahan tahun 80an, markas besar mereka di Hongkong mengirim seorang utusan khususnya ke Jakarta. Sebut saja nama utusan itu Tuan Tai Bau, yang dipilih karena keberhasilannya membuka cabang Triad di Timur tengah dan tentu kepasihanya berbahasa Indonesia yang dia pelajari di suatu Universitas di Beijing. Dengan target membuka cabang resminya di Jakarta paling lama 6 bulan setelah dia tiba di Jakarta, Tuan Tai Bau optimis bahwa Jakarta akan dengan mudah dikuasai berhubung besarnya dominasi etnis China di perekonomian Indonesia. Sudah menjadi rahasia umum bahwa prostitusi, judi dan penyeludupan pun dikuasai oleh tauke - tauke Cina di Indonesia. Bagi Triad lahan bisnis terlarang ini belum sepenuhnya tergarap. Berdasarkan pengalamannya di waktu -waktu sebelumya, seperti pengiriman amoy - amoy dan ganja ke Jakarta, Triad Cina telah menyadari sedari awal bahwa keikutsertaan ABRI adalah mutlak demi kelancaran bisnis mereka. BISNIS PELACURAN. Maka disusunlah suatu kerangka kerjasama pembagian kerja dan keuntungan antara triad China dan ABRI, dalam hal ini Paspamres (Pasukan pengawal Presiden) dan Kodam V Jaya yang secara tradisional memang telah menguasai lahan bisnis terlarang yang menngiurkan di bilangan Glodok, Kota, Mangga Besar dan sekitarnya. Diatas kertas, semua beres - beres saja. Urusan keimigrasian untuk import amoy-amoy dari Hongkong dan Taiwan akan ditanggung aman dan lancar. Uang bulanan dan setoran harian untuk markas Paspampres di Tanah Abang dan centeng -centeng berambut cepak di Lapangan semua sudah disetujui hitung-hitungannya. Uang untuk imigrasi untuk urusan perpanjangan visa bagi amoy - amoy itu juga sudah disepakati besarnya. Bahkan dana mendadak untuk uang penggerebekanpun sudah ada alokasinya. Bisnis prostitusi amoy-amoy import dianggap feasible untuk di jalankan di Mangga Besar, demikian laporan Tuan Tai bau ke kantor pusatnya di Hongkong. Tidak sampai 6 bulan dari target mereka sebelumnya, Triad china mulai mendatangkan 20 amoy putih mulus, tidak hanya dari hongkong dan Taiwan, tapi juga Bangkok untuk konsumsi tauke - tauke Jakarta. Minggu - minggu pertama mereka beroperasi, semua berjaln lancar. Genap sebulan beroperasi, Markas Paspampres di Tanah Abang telah menerima setoran bulananya yang pertama dan...uang "pengertiannya" bagi pengadaan baju seragam dan sepatu olah raga anggota - anggota Paspampres. "Pengertian"nyapun dipenuhi, tentu saja. Dipertengahn bulan kedua, Bapak Anu, demikian nama samarannya, utusan komandan penjagaan Jl. Cendana menemui Tai Bau di Mangga besar untuk meminta "pengertiannya" bagi biaya homestay putri sulung komandan di Sydney Australia. Tanpa ba bi bu, permintaan itu langsung saja "dimengerti". Selanjutnya, dapatlah ditebak, permintaan "pengertiannya" yang lain lain datang bertubi-tubi. Mulai dari sumbangan HUT ABRI, HUT GOLKAR, sumbangan Tujuh belas Agustusan, sumbangn naik haji ibu mertua komandan grup A, biaya renovasi kolam renag di komplex markas Paspampres di Tanah Abang, pembangunan pompa besin terpadu milik koperasi Paspampres di tanah Abang, hingga "partisipasinya" dalam bakti sosial ibu - ibu dharma wanita Paspampres. Hitung punya hitung, pungutan "proteksi" yang diminta ABRI yang semula diperkirakan dapat tertutupi dengan hasil jualan daging mentah itu telah membengkak sedemikian rupa. "Rugi besar," kata Ny. Kue Ta Lam, menirukan keluhan si Tuan Tai Bau. Belum lagi penghasilan ynag hilang selama ini, berhubung amoy-amoy mereka juga dipakai oleh petinggi - petinggi ABRI dalam rapat rapat mereka di daerah Puncak. Setelah enam bulan beroperasi, telah sampailah pada titik tertentu ketika uang pungutan dari ABRI agak "seret" dipenuhi. Celakalah akibatnya. Tak ayal lagi, operasi penggerebekan KODAM V Jaya yang biasanya dapat diselesaikan di tempat, kala itu berhasil menggaruk ke 20 amoy putih mulus montok tersebut. Sudah diduga, akhirnya polisi meminta Rp 10 juta perkepala ke Tuan Tai Bau, bila dia masih mau meneruskan usaha esek - eseknya. Rupanya Hartono, si raja germo di Jakarta yang menjalin hubung baik sejak lama dengan Raden Hartono (sekarang mendagri), ada dibalik sikap rakus polisi itu. Sejak Tuan Tai Bau membuka bordilnya di Mangga Besar, amoy - amoy singkawang asuhan Hartono lebih banyak "ngangurnya"daripada dibooking. "Haya, lo cabut saja dari Jakarta,"kata Ny Kue Ta Lam menirukan penuturan atasan Tuan Tai Bau, ketika dia melaporkan situasi bisnis Mannga Besar ke kantor Hongkong. Beberapa waktu kemudian, berita di surat khabar menyebutkan bahwa imigrasi mendeportasikan 20 wanita berpassport manacanegara yang ditangkap basah melakukan praktek prostitusi si bilangan Mangga besar. Habislah bisnis Tuan Tai Bau sampai disitu. Kapokkah Triad China ? JUDI Bukan bangsa china namanya jika mereka gampang menyerah pada keadaan. Gagal di prostitusi, tidak samapai setahun kemudian, Tuan Tai Bau sudah terlihat mondar mandir di Soekarno-Hatta. Kali ini dia datang ke Jakarta dengan tujuan menggarap ladang judi gelap WNI keturunan yang kala itu sudah cukup menjamur, namun masih berskala ratusan juta rupiah, kecil -kecilan. Markas besar di Hongkong optimis, sumbangan, pungutan dan biaya "pengertian" yang kebangetan diminta oleh ABRI dapat tertutupi dengan mudah dari keuntungan usaha judi yang berlipat kali lebih besar dari bisnis prostitusi. Maka beroperasilah Tuan Tai Bau di Jl. Gadjah Mada, dengan berkedok permainan ketangkasan. Keuntungan yang gila - gilaan, dengan omzet ratusan juta rupiah permalamnya, membuat apa saja permintaan Tanah Abang ataupun Cawang (markas Kodam V Jaya) segera dipenuhi, termasuk import peralatan fitness super lengkap untuk latihan otot - otot para pengawal presiden. Dengan keuntungan besar ini, Triad China memutuskan membuka cabang rumah judi mereka ynag kedua di daerah Pluit setengah tahun kemudian. Sayang seribu sayang, langkah pembukaan cabang baru ini menyadarkan ABRI bahwa pungutan yang mereka garuk selama ini ternyata terlalu kecil dibanding besarnya keuntungan yang digaruk Triad china. Tanpa tedeng aling - aling, utusan Tanah Abang megajukan suatu konsep bagi hasil 50-50 dan memaksa menempatkan orang - orangnya langsung sebagai asisten kasir. Keputusan itu , bagaimanapun harus dijalankan dan terpaksa disetujui Triad China dengan harapan praktek dilapangan nantinya bisa "diaturlah". Pada sebulan pertama, keuntungan kotor 50 % yang didapat Triad china tentu saja masih harus dipotong dengan berbagai sumbangan dan "pengertiannya"yang dipungut ABRI, seperti biasanya tentu. Menginjak bulan ketiga, keuntungan Triad china semakin menipis dengan datangnya rumah judi baru dengan "backing" Polda Metro Jaya tepat di Jalan yang sama. Sebulan kemudian, untuk pertama kalinya, Triad china harus tekor dengan dibolehkannya pungutan yang dilancarkan oleh Pemda DKI atas seizin Paspampres. Tak tahan lagi dengan itu semua, Triad China mulai mengindikasikan untuk hengkang dari Jakarta jika keadan bertambah buruk. Apa reaksi Paspampres ? Penggerebekan pun dilakukan, ratusan penjudi yang hampir semuanya tauke -tauke Jakarta dijaring, rumah judi disegel. Mengingat jasa si Tuan Tai Bau, polisi membebaskannya dari penjara dan langsung dideportasi ke Hongkong. Tidak sampai sebulan kemudian, rumah judi beroperasi kembali, hanya kali ini berbeda pengelolanya, seorang WNI kelahiran Bandung. KAAPOK Sebelum krismon terjadi, di awal 1997, Tuan Tai Bau terlihat sedang asyik makan malam di Furama restaurant di Kota. Apakah dia sudah memulai bisnisnya lagi di Jakarta ? Tuan Tai Bau mengaku pada Ny. Janda Kue Ta Lam bahwa dia hanya singgah di ibu kota untuk meng"escort" imigran ilegal dari China daratan yang ingin mengadu nasib di Jakarta. Menurut pengakuannya, sesekali, ia juga mampir di Jakarta untuk menjemput amoy amoy Singkawang untuk keperluan konsumsi hdung belang di Taiwan dan Hongkong. Itupun tidak rutin. Ketika ditanya kenapa tidak meneruskan usaha prostitusi dan judi nya di jakarta yang sedang booming itu, Tuan Tai Bau berkata; "Ah kita sih engga ada apa-apnya dibanding ABRI. Kalau ditanya organisasi keriminal mana ynag paling disegani di dunia, jawabannya bukan Yakuza ataupun Mafia Amerika atau Itali. Tapi ABRI lah organisasi kriminal nomor satu didunia. Ennga lagi lagi deh urusan sama mereka. Seganas ganasnya Triad, kita masih punya etiket dan peraturan, sementara ABRI....aujubilah min zalik.. Kaaapoook oe." Rosi Sibulu bulu Detektif pemburu rambut cepak

About media

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

No comments: